Jangan Beli Kucing Dalam Karung
Banyak sekali orang yang salah menilai tentang bisnis MLM termasuk saya dulu. Salahnya di mana? Kebanyakan dari kita menganggap bahwa semua bisnis yang menggunakan jaringan atau networking adalah sebuah bisnis MLM, bahkan kegiatan money game pun akhirnya dianggap sebagai bisnis MLM yang baik.
Dalam fakta di lapangan, sekarang ini memang sudah banyak bisnis MLM yang bermunculan. Dengan berbagai produk yang ditawarkan, MLM ini kemudian memberi warna tersendiri di masyarakat. Dari sinilah Anda sebagai orang yang akan ikut bisnis ini harus waspada dan berhati-hari karena saat ini telah bermunculan bisnis MLM yang tidak kompeten dan sering melakukan penipuan.
Lalu bagaimanakah caranya untuk memilih bisnis MLM yang baik dan menghindari jenis MLM yang merugikan ini? Berikut ulasannya.
Perhatikan aspek LEGALITAS nya
Sebaiknya perusahaan sudah terdaftar di APLI dan DSA. APLI saja menurut saya kurang cukup mengingat masih kurang ketatnya perlindungan konsumen dan banyaknya kasus suap untuk mendapatkan izin di Indonesia. Saya lebih sarankan terdaftar di DSA dan APLI, karena DSA itu asosiasi dari Amerika yang terkenal dengan perlindungan konsumen, seleksi ketat, sebelum perusahaan boleh beroperasi. Jadi Anda dapat menghemat waktu memilih perusahaan, karena DSA yang jauh lebih ngerti sudah menyeleksi buat Anda.
Memiliki Produk / Jasa Yang Dijual
Produk atau jasa yang dijual tentunya adalah produk yang kualitasnya bisa dipertanggungjawabkan. Namun perlu kita perhatikan bahwa produk tersebut juga harus sesuatu yang memang dibutuhkan oleh banyak orang. Jadi, jika Anda ingin bergabung dengan sebuah bisnis MLM, pastikan bahwa mereka punya produk bagus dan memang dibutuhkan.
Pada bisnis MLM yang tidak sehat atau money game biasanya yang lebih diutamakan adalah system MLM nya, sedangkan produknya tidak terlalu dimanfaatkan atau bahkan ada yang tidak jelas produknya apa. Bisnis MLM yang tidak sehat lebih mengutamakan merekrut member baru, dan tidak harus menjual produknya.
Mungkin Anda pernah menemui seseorang yang menggunakan produk MLM, namun orang tersebut tidak ikut menjalankan sistem bisnisnya. Hal ini menunjukkan bahwa produk tersebut adalah produk berkualitas dan sistem MLM yang dijalankan perusahaan tersebut juga bagus karena produknya bisa dibeli orang lain tanpa harus menjadi member dan menjalankan bisnisnya.
Upline Mau Membantu Downline Untuk Berkembang
Anda harus benar-benar memperhatikan cara kerja member sebuah bisnis MLM. Jika para upline di MLM tersebut tidak aktif atau hanya mengandalkan downline untuk menjual produk atau mengembangkan jaringan mereka, maka ini bukanlah sebuah bisnis MLM yang baik. Setiap bisnis MLM yang baik dan sehat, para upline akan selalu aktif, baik dalam hal perekrutan member baru maupun dalam penjualan produk.
Di dalam bisnis MLM yang baik, para upline akan memberikan bantuan, pembinaan, dan membagikan ilmu marketing kepada downline mereka. Bahkan upline akan berusaha keras untuk membantu downline mereka agar naik ke level yang lebih baik, tentunya sesuai dengan usaha si downline tersebut. Jadi, jika ada bisnis MLM yang menyebutkan “kunci posisi Anda sekarang juga!”, mungkin ini bisa menjadi salah satu indikasi money game, karena yang duluan gabunglah yang untung bukan hasil kerja keras masing-masing member.
Memiliki Sistem Yang Adil Bagi Semua Member
Banyak orang berpikir bahwa bisnis MLM adalah bisnis yang hanya menguntungkan orang-orang yang pertamakali bergabung. Jadi, yang pertama bergabung akan lebih sukses dibanding dengan orang yang belakangan gabung. Wah ga enak dong ya kalau kita bergabung belakangan, akan sulit untuk sukses dong. Bisa saya katakan bahwa bisnis MLM yang menerapkan sistem seperti ini adalah MLM yang tidak sehat.
Bisnis MLM yang baik akan menguntungkan bagi semua member yang mau berusaha keras, tidak perduli dia gabung duluan atau belakangan. Jadi, misalnya Anda bergabung lebih dulu di sebuah bisnis MLM dan tidak bekerja, tapi downline Anda yang bekerja keras untuk membangung jaringan Anda, maka yang akan sukses adalah downline Anda. Sedangkan Anda sendiri hanya bisa menonton kesuksesan downline Anda tersebut.
Sistem seperti ini diterapkan oleh salah satu perusahaan MLM yang sudah berdiri lama sekali di Indonesia, yup Oriflame. Bisnis MLM ini sudah berdiri di Indonesia selama puluhan tahun dan masih berjalan dengan baik, bahkan membernya semakin banyak karena sistemnya memang sangat adil bagi semua member mereka.
Harga Produk Yang Dijual Masuk Akal
Harga produk yang dijual dengan cara MLM bisa menjadi salah satu indikasi bahwa bisnis tersebut sehat atau tidak. Produk yang dijual selain terjamin kualitasnya, harganya juga harus wajar dan sesuai dengan kualitas produknya. Jika sebuah MLM menjual produk yang harganya jauh lebih mahal dibandingkan dengan harga pasaran, maka bisa saya katakan bahwa MLM yang dikembangkan tidak sehat karena sangat rentan mengalami kebangkrutan.
Harga produk berkali-kali lipat yang dibanderol sebuah perusahaan MLM bisa jadi adalah cara mereka untuk menutupi biaya untuk sistem yang mereka bangun. Tentu ini bukan sesuatu yang baik untuk jangka panjang. Pada bisnis MLM yang sehat, penghasilan para membernya bukanlah dari harga produk yang dibanderol berkali-kali lipat, tapi dari jumlah pembeli barang yang banyak karena konsumen puas akan mutu produknya.
Memiliki Badan Hukum Yang Jelas
Tentu saja untuk bisa menjalankan bisnis, sebuah perusahaan harus memiliki badan Hukum yang jelas. Hal ini guna mempertanggungjawabkan bisnis MLM tersebut kepada para membernya dan juga kepada konsumen lain yang menggunakan produk mereka. Sangat disarankan untuk bergabung dengan perusahaan MLM yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), memiliki SIUPL dan NPWP.
Memiliki Support Sistem Yang Baik
Semua member MLM, baik member baru maupun member lama, pasti membutuhkan support agar bisa menjalankan bisnis MLM dengan optimal. Perusahaan MLM yang baik pasti memiliki support sistem yang baik yang memudahkan para member dalam mengoptimalkan kegiatan marketing mereka. Suport ini bisa secara offline ataupun online, dan mudah untuk diakses oleh member.
Komentar
Posting Komentar